Laporan Praktikum Kimia Fisik I ( Kalor Pelarutan)
PERCOBAAN II
A. Judul
Percobaan : Kalor
Pelarutan
B. Tanggal
Pelaksanaan : 12 Desember 2015
C. Tujuan Percobaan :
1. Dapat menentukan kelarutan zat pada berbagai suhu serta
menentukan kalor pelarutan difrensial
2. Dapat memahami
n hubungan kelarutan dengan temperatur
3. Dapat memahami maksud dari kalor pelarutan difrensial
dan kalor pelarutan integral
4. Dapat menganalisis gangguan pada sistem yang
mempengaruhi kedudukan kesetimbangan
5. Dapat memahami apa yang dimaksud dengan pelarut
standar
D. Tinjuan
teori
E. Alat dan Bahan
1.
Alat
No
|
Nama Alat
|
Ukuran
|
Jumlah
|
1
|
Gelas Kimia
|
100 ml
|
1 buah
|
100 ml
|
6 buah
|
||
2
|
Labu ukur
|
250 ml
|
2 buah
|
100 ml
|
1 buah
|
||
3
|
Buret
|
50 ml
|
1 buah
|
4
|
Erlenmeyer
|
250 ml
|
5 buah
|
100 ml
|
5 buah
|
||
5
|
Thermometer
|
sedang
|
2 buah
|
6
|
Bunsen
|
Sedang
|
1 buah
|
7
|
Batang pengaduk
|
Sedang
|
4 buah
|
8
|
Penangas
|
Sedang
|
1 buah
|
9
|
Pipet tetes
|
Sedang
|
4 buah
|
10
|
Corong
|
Sedang
|
2 buah
|
11
|
Gelas ukur
|
100 ml
|
2 buah
|
12
|
Pipet volume
|
100 ml
|
2 buah
|
13
|
Kaca arloji
|
Sedang
|
2 buah
|
2. Bahan
No
|
Nama Bahan
|
Konsentrasi
|
Jumlah
|
1
|
Air
|
-
|
300 ml
|
2
|
NaOH
|
0,5 M
|
250 ml
|
3
|
Es batu
|
-
|
1 plastik
|
4
|
Asam okslat
|
0,5 M
|
50 ml
|
5
|
Indikator pp
|
1%
|
± 15 tetes
|
G. Hasil dan
Pembahasan
Pada percobaan kali ini kalor pelarutan
melalui tiga tahapan yang pertama adalah preparasi larutan,larutannya adalah
NaOH dan asam oksalat. Sedangkan di laboratorium yang tersedia adalah berwujud
padatan.
Untuk membuat larutan NaOH 0,5 M
adapun perhitungannya adalah sebagai berikut :
x
1 = x
Gr = 2 gram
V1.M1 = V2.
M2
V1. 1 = 250. 0,5
V1 = 125 ml
Setelah itu larutan NaOH yang diperoleh
adalah bening
Sama denga NaOH dalam pembuatan larutan
asam okslat 0,5 M 50 ml perhitungannya adalah sbb ;
x
0,5 =
x x2
Gr
= = 2,25
gr
Warna larutan asam
oksalat pun bening tak berwarna. Untuk tahapan kedua adalah yaitu standarisasi
larutan natrium hidroksida dan asam oksalat.
Pada
percobaan kali ini praktikan melakukan analisis kuantitatif intik
menstandarisasi larutan baku sekunder dengan larutan baku primer. Dimana
percobaan kali ini larutan baku sekunder yang akan digunakan adalah NaOH dan
larutan baku primer adalah asam oksalat.
Hal
tersebut dapat dikatakan karena sesuai dengan teori dimana larutan standar
adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui. Biasanya berfungsi sebagai
titran sehingga di tempatkan buret, yang
berfungsi juga mengukur volume larutan baku. Larutan baku primer ialah
larutan yang mengandung zat murni yang konsentrasinya tidak diketahui dengan
tepat melalui metode gravimetric.
Sedangkan
larutan baku sekunder adalah larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak
diketahui secara tepat karena berasal dari zat yang tidak murni. Konsetrasi
larutan ini ditentukan dengan pembakuan menggunakan larutan baku primer ,
biasanya melalui metode titrimetric. Contoh :
Baku primer
: Na2CO3, Na2B4O7,
KHP, C2H2O4
Baku Sekunder : HCl, H2SO4,
NaOH, KOH
Berdasarkan hasil percobaan dapat diketahui
bahwa telah terjadi reaksi asam basa antara asam oksalat sebagai asam lemah dan
NaOH sebagai asam kuat. Pada pembuatan larutan standar Natrium Hidroksida
indikator yang digunakan adalah PP . indikator PP digunakan pada kali ini
karena sesuai dengan teori PP tak berwarna dengan ph antara 8,3-10,0 akan
mempermudah praktikan dalam mengetahui dalam proses sudah mencapai titik
ekuivalen. Perubahan yang terjadi pada proses penitrasian ini adalah berubah
menjadi warna keunguan yang konstan yang awalnya berwarna bening. Volume NaOH
yang diperlukan untuk titrasi sebanyak 1,5 ml yang dihitung dari rata-rata tiga
kali percobaan.
Vrata-rata = = = 1,5 ml
Reaksi yang terjadi pada titrasi yaitu :
C2H2O4. H2O + 2 NaOH Na2C2O4
+ 4 H2O
Pada
tahap yang ketiga adalah pengerjaan contoh , pada tahap ini asam oksalat berupa
Kristal yang harus dilarutkan dahulu dengan aquadest meskipun begitu asam
oksalatnya pun tidak larut masih ada endapannya. Sesuai dengan teori bahan asam
okslat memiliki sifat yang sukar larut. Oleh sebab itu larutan asam oksalat
dipanaskan sampai suhunya 60°C dan dengan pemanasan ini endapan lama kelamaan
hilang. Kemudian diambil 10 ml kemudian encerkan menjadi 100 ml dengan
perhitungan sbb ;
V1.M1 = V2.M2
10. 0,5 = 100. M2
M2 = 0,05 N
Kemudian
diambil asam oksalat yang telah besuhu 40°C masing masing 5 ml kedalam
Erlenmeyer untuk dititrasi oleh NaOH dalam berbagai suhu.
Titrasi
adalah cara analisis yang memungkinkan kita untuk mengukur jumlah yang pasti dengan
suatu larutan dengan mereaksikan dengan suatu larutan lain yang konsentrasinya
diketahui. Salah satu yang sering digunakan dalam titrasi adalah netralisasi
asam basa.
Dengan 6 suhu yang berbeda dan volume NaOH
yang didapat adalah ;
Suhu 35°C = 0,3 ml NaOH
Suhu 25°C = 0,2 ml NaOH
Suhu 20°C = 0,2 ml NaOH
Suhu 30°C = 1,3 ml NaOH
Suhu 15°C = 10,35 ml NaOH
Suhu 10°C = 0,2 ml NaOH
Suhu
yang dimaksud disini adalah suhu larutan asam okslat. Sesuai dengan teori
,kelarutan dan temperature adalah berbanding lurus. Maka pada suhu 35°C dimana
suhu ini paling tinggu berarti kelarutan asam okslat semakin meningkat.
Dan sebaliknya pada suhu yang paling
rendah yaitu pada percobaan kali ini 10°C berarti kelrutan asam okslalat
semakin turun.
H.
Jawaban Pertanyaan
1.
Tuliskan reaksi
yang terjadi dan alor yang diserap atau dilepas pada percobaan!
Jawab : C2H2O4.
2H20 + 2 NaOH Na2C2O4 + 4H2O
2.
Berapa
konsentrasi yang dibutuhkan bila asam okslat 0,5 N sebanyak 10 ml diencerkan
hingga 100 ml
Jawab : M1V1 = M2V2
10. 0,5 = 100. M2
5 =
100. M2
M2 = 0,05 N
3.
Grafik hubungan
konsentrasi dengan suhu
I.
Kesimpulan
1.
Hubungan
kelarutan dengan temperature adalah berbanding lurus, apabila suhu semakin
besar maka tingkat kelarutan suatu larutan meningkat
2.
Larutan jenuh
merupakan larutan dimana zat terlarutnya telah maksimum pada suhu tertentu.
Untuk zat elektrolit yang sukar larut , larutan jenuhnya dicirikan oleh nilai
Ksp
3.
Besarnya
kelarutan dipengaruhi oleh faktor :
a. jenis pelarut dan zat terlarut : Bila zat
pelarut sesuai dengan zat terlarut maka kelarutannya semakin besar
b. Pengadukan : semakin besar frekuensi
pengadukan maka semakin banyak zat terlarut
c. Temperatur : semakin tingggi temperature
maka semakin tinggi kelarutannya
4.
Panas pelarutan
integral yaitu perubahan entalpi jika suatu mol zat dilakukan dalam n mol
pelarut.
Panas pelarutan difrensial adalah perubahan
entalpi jika mol suatu zat terlarut dilarutkan dalam jumlah larutan tak
terhingga , sehingga konsentrasinya tidak berubah dalam penambahan 1 mol zat
terlarut
5.
Pelarut standar
adalah perubahan entalpi yang terjadi pada suatu sistem apabila suatu zat mol
terlarut dilarutkan dalam n1 mol pelarut pada temperature 25°C dan tekanan 1 atm
J.
Daftar Pustaka
1. Atkins.,P.W.1999.Kimia fisik . Jakarta :
Erlangga
2. Chang,R. 1995. Chemistry. Rondom house :
USA
3. Dogra., SK. 1990. Kimia fisik dan
soal-soal. UI Press : Jakarta
4. Sukardjo, 2002. Kimia fisika . Jakarta:
Rineka Cipta
5. Tim dosen kimia Fisik .2012. Penentuan
praktikum fisik 1. Makassar : Laboratorium FMIPA
I.
Lampiran
Tadaaaaa ini adalah dokumentasi hasil titrasi
asam oksalat dengan berbagai suhu
Kalo ini asam oksalat yang telah ditetesi indikator pp
Komentar
Posting Komentar